[Feature] Saat Kebijakan Kenaikan Tarif Donald Trump Memicu Ketegangan Global

Oleh: Alif Alqausar 

Presiden AS, Donald Trump 

Pagi di Toronto terasa gerah dari biasanya, bukan karena cuaca, tetapi karena ketegangan perdagangan yang memanas antara Kanada dan Amerika Serikat. Di kedai kopi lokal, John Patterson, seorang pemilik toko serba ada, sibuk meneliti daftar produk yang akan terkena tarif baru oleh pemerintah Kanada sebagai balasan atas keputusan tarif sepihak Presiden Donald Trump.

"Saya sudah terbiasa menjual bourbon dan jus jeruk dari AS, tapi sekarang, mungkin saya harus mencari alternatif dari Eropa atau bahkan lokal," katanya sambil menghela napas.

Di sudut lain Amerika Utara, di Mexicali, Alejandro Acosta, seorang sopir truk yang biasa mengirim sayuran ke AS, mengkhawatirkan masa depan pekerjaannya. "Jika perusahaan AS tidak lagi mau berbisnis di sini, apa yang akan terjadi pada kami?" katanya.

Tarif yang Memicu Ketegangan Global

Keputusan Trump untuk memberlakukan tarif baru terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok pada akhir pekan lalu telah memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Tarif sebesar 25% untuk barang dari Kanada dan Meksiko serta 10% untuk impor Tiongkok, termasuk minyak Kanada, dianggap sebagai langkah agresif yang bisa memperburuk ekonomi global.

Sementara itu, Uni Eropa (UE) pun tak luput dari ancaman tarif Trump. "Itu pasti akan terjadi," katanya kepada wartawan, merujuk pada kebijakan tarif yang segera menyasar Eropa, termasuk kemungkinan Inggris, meskipun ia mengakui hubungan baik dengan Perdana Menteri Keir Starmer.

Kanada dan Meksiko tak tinggal diam. Kanada telah menyiapkan tarif balasan sebesar 25% terhadap produk impor dari AS, mencakup barang senilai C$30 miliar (US$20 miliar). Dalam tiga minggu ke depan, putaran kedua tarif senilai C$125 miliar (US$86 miliar) juga akan diterapkan terhadap barang-barang strategis seperti kendaraan penumpang, produk baja, dan hasil pertanian.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mendesak rakyatnya untuk membeli produk lokal. "Sekaranglah saatnya untuk memilih produk yang dibuat di Kanada," tulisnya di X.

Sementara itu, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menegaskan bahwa negaranya lebih memilih dialog ketimbang konfrontasi. "Masalah tidak dapat diselesaikan dengan mengenakan tarif, tetapi dengan perundingan dan dialog," katanya.

Tiongkok pun tak tinggal diam. Dalam pernyataannya, kementerian perdagangan negara itu menyatakan bahwa tarif AS "sangat melanggar" aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan akan mengajukan gugatan.

Dampak ke Masyarakat: Dari Lapangan Kerja hingga Loyalitas Konsumen

Di jalanan Toronto, ketegangan ini terasa hingga ke arena olahraga. Penggemar hoki Kanada mencemooh lagu kebangsaan AS dalam pertandingan NHL, dan di laga NBA antara Toronto Raptors dan Los Angeles Clippers, beberapa penonton memilih duduk selama lagu kebangsaan diputar sebagai bentuk protes.

Joseph Chua, seorang importir yang menghadiri pertandingan, mengatakan ia mulai menghindari produk-produk AS. "Biasanya saya berdiri dan melepas topi saya untuk menghormati lagu kebangsaan Amerika, tapi hari ini rasanya berbeda. Saya merasa kesal," katanya.

Di Meksiko, para pekerja dan pelaku bisnis mulai mencari cara untuk bertahan di tengah ketidakpastian ini. Bagi Acosta, pengemudi truk sayur, ancaman tarif ini bukan sekadar angka, tetapi soal kelangsungan hidup. "Jika mereka menaikkan pajak pada pabrik-pabrik di sini, lapangan pekerjaan bisa berkurang," ujarnya dengan nada khawatir.

Sementara para pemimpin negara saling melempar ancaman tarif, pasar global langsung bereaksi. Saham berjangka AS dan Eropa, mata uang kripto, serta bursa saham Asia mengalami penurunan pada perdagangan Senin pagi, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap dampak lanjutan dari perang dagang ini.

Trump sendiri mengakui bahwa kebijakannya mungkin menyebabkan penderitaan "jangka pendek" bagi warga Amerika. "Kita mungkin mengalami sedikit kesulitan dalam jangka pendek, dan orang-orang memahaminya," katanya.

Namun, di tengah proyeksi dampak negatif, Trump tetap bersikukuh bahwa langkahnya bertujuan untuk memperbaiki defisit perdagangan AS yang besar. "Amerika Serikat telah ditipu oleh hampir setiap negara di dunia," tegasnya.

Dunia kini menunggu bagaimana Uni Eropa akan merespons ancaman tarif Trump. Komisi Eropa telah memperingatkan bahwa mereka akan "menanggapi dengan tegas" jika AS memberlakukan tarif terhadap barang-barang Eropa. Jika eskalasi terus berlanjut, bukan tak mungkin perang dagang ini akan semakin meluas, memengaruhi perekonomian global dan kehidupan jutaan orang.

Bagi John Patterson di Toronto, Alejandro Acosta di Mexicali, dan banyak lainnya, perang dagang ini bukan hanya soal kebijakan ekonomi, tetapi tentang bagaimana mereka akan bertahan dalam ketidakpastian yang semakin besar.


0 Komentar

(OPINI) Idul Fitri, Momen Merajut Kembali Persaudaraan

  Oleh Alif Alqausar Idul Fitri, yang dikenal juga sebagai Lebaran, bukan sekadar perayaan keagamaan bagi umat Islam di Indonesia, melainkan sebuah fenomena sosial-budaya yang kaya akan makna. Tahun ini, perayaan tersebut jatuh pada tanggal 31 Maret, menandai berakhirnya bulan Ramadan setelah 30 hari berpuasa. Namun, lebih dari sekadar ritual ibadah, Idul Fitri menjadi cerminan nilai-nilai luhur yang mengakar dalam masyarakat Indonesia: persaudaraan, rekonsiliasi, dan kebersamaan. Lebaran berasal dari kata dalam bahasa Jawa " lebar ", yang berarti "akhir" atau "penyelesaian". Lebaran tidak hanya merujuk pada akhir bulan puasa, tetapi juga berarti penutupan untuk memulai babak baru melalui rekonsiliasi dan penguatan persahabatan.  Itulah sebabnya Idul Fitri yang berarti kembali kepada kesucian, ditandai oleh orang-orang dari segala usia yang saling bermaaf-maafan dalam upaya memperoleh kebahagiaan jasmani dan rohani, khususnya di Indonesia Bagi banyak orang...